Rabu, 04 November 2015

Iklan Yang Kurang Beretika

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Makalah ini di buat berdasarkan referensi yang di dapat dari media elektronik ya itu media iklan televisi dengan memperhatiakan mana iklan yang baik dan mana iklan yang kurang beretika, di dalam makalah ini satu iklan yang menurut saya kurang beretika yaitu  Mie Sedaap Rasa Kari Spesial versi Bola, iklan mie sedaap ini di buat untuk menarik perhatian pemirsa di tv agar membeli produk mie sedaap yang terbaru. dengan menggunakan beberapa anak kecil sebagai model dalam iklan tersebut sehingga dapat menarik perhatian pemirsa unttuk membeli produk baru yang dikeluarkan oleh mie sedaap.

isi dari iklan ini adalah dimana beberapa anak kecil yang sedang bermain sepak bola di lapangan tanpa sengaja memecahkan kaca rumah milik seseorang di dekat lapangan tersebut. pemilik rumah muncul dan memarahi anak-anak tersebut namun, anak-anak tersebut berusaha berdalih bahwa mereka sedang melakukan senam yoga. kemudian, mereka bersama-sama memakan mie sedaap rasa kari ayam spesial yang terbaru disana barulah anak-anak tersebut berbicara jujur sehingga salah satu anak di lempar menggunakanbola.

1.2  Rumusan Masalah
·         Apa kah pengertian dari klan ?
·         Apakah pengertian dari etik ?
·         Bagaimana etika dalam beriklan ?

1.3  Tujuan Penelitian
·         Untuk mengetahui  pengertian dari klan ?
·         Untuk mengetahui  pengertian dari etik ?
·         Untuk mengetahui Bagaimana etika dalam beriklan ?


TEORI
2.1 Iklan

Iklan tulis mulai dikenal sejak zaman Yunani kuno. Ketika itu, iklan berisi mengenai budak-budak yang melarikan diri dari tuannya atau mengenai penyelenggaraan pertandingan Gladiator, pada masa ini iklan hanyalah berupa surat edaran. Beberapa waktu kemudian barulah muncul metode periklanan yang ditulis dengan tangan dan dengan kertas yang lebih besar di Inggris. Iklan pertama yang dicetak di Inggris ditemukan pada Imperial Intelligencer Maret 1648. Sampai tahun 1850-an, di Eropa iklan belum sepenuhnya dimuat disurat kabar. Kebanyakan masih berupa pamflet, leaflet, dan brosur. Iklan majalah pertama muncul dalam majalah Harper tahun 1864.

Menurut  www.wikipedia.com Iklan atau dalam bahasa Indonesia formalnya pariwara adalah promosi benda seperti barang, jasa, tempat usaha, dan ide yang harus dibayar oleh sebuah sponsor. Manajemen pemasaran melihat iklan sebagai bagian dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi termasuk publisitas, hubungan masyarakat, penjualan, dan promosi penjualan.

2.2 Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
Tujuan Mempelajari Etika
Untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu.

Pengertian Baik
Sesuatu hal dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat, dan memberikan perasaan senang, atau bahagia (Sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara positif)

Pengertian Buruk
Segala yang tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku

Cara Penilaian Baik Dan Buruk
Menurut Ajaran Agama, Adat Kebiasaan, Kebahagiaan, Bisikan Hati (Intuisi), Evolusi, Utilitarisme, Paham Eudaemonisme, Aliran Pragmatisme, Aliran Positivisme, Aliran Naturalisme, Aliran Vitalisme, Aliran Idealisme, Aliran Eksistensialisme, Aliran Marxisme, Aliran Komunism.


2.3 Etika Dalam Periklanan

Menurut Thomas M. Garret, SJ, iklan dipahami sebagai aktivitas-aktivitas yang lewatnya pesan-pesan visual atau oral disampaikan kepada khalayak dengan maksud menginformasikan atau memengaruhi mereka untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi, atau untuk melakukan tindakan-tindakan ekonomi secara positif terhadap idea-idea, institusi-institusi tau pribadi-pribadi yang terlibat di dalam iklan tersebut.

Sebagai kekuatan utama ekonomi, iklan justru menjadi sarana yang efektif bagi produsen untuk menstabilkan atau terus meningkatkan penawaran barang dan jasa. Sementara konsumen dengan sendirinya juga membutuhkan iklan, terutama ketika mereka hidup dalam sebuah masyarakat yang ditandai oleh pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat, sebuah masyarakat konsumtif dengan tingkat permintaan akan barang dan jasa yang yerus meningkat.

Di sini sebenarnya iklan melakonkan tiga peran sekaligus, yaitu:
  •     Pertama, iklan informatif. Jenis iklan ini bertujuan untuk menginformasikan secara objektif kepada konsumen kualitas dari barang tertentu yang diproduksi, nilai-lebih dari barang tersebut, fungsi-fungsinya, harga serta tingkat kelangkaannya. 

  •    Kedua, iklan persuasif atau sugestif. Jenis iklan ini tidak sekadar menginformasikan secara objektif barang dan jasa yang tersedia, tetapi menciptakan kebutuhan-kebutuhan akan barang dan jasa yang diiklankan. Kalau pada iklan informatif yang mau dicapai adalah bagaimana masyarakat bisa memenuni kebutuhannya, maka pada iklan persuasif justru kebutuhan akan barang dan jasa itu sendiri yang hendak diciptakan. Dan demi tujuan-tujuannya tidak jarang jenis iklan ini mengutamakan unsure-unsur perasaan dan bersifat irasional, karena pesan-pesannya sunguh-sungguh menggerakkan perasaan-perasaan, imajinasi-imajinasi, serta realitas bawah-sadar manusia.dan

  •         ketiga, iklan kompetitif. Meskipun meliputi juga iklan informatif dan persuasif, jenis iklan ini lebih dimaksud untuk mempertahankan serta memproteksi secara kompetitif kedudukan produsen di hadapan pelaku produksi lainnya. Masyarakat kemudian diharapkan memiliki semacam tingkat “kesetiaan” yang relatif tinggi dan tetap selaku pemakai barang dan jasa yang dihasilkan oleh satu pelaku produksi tertentu saja.

Masalah moral dalam iklan muncul ketika iklan kehilangan nilai-nilai informatifnya, dan menjadi semata-mata bersifat propaganda barang dan jasa demi profit yang semakin tinggi dari para produsen barang dan jasa maupun penyedia jasa iklan. Padahal, sebagaimana juga digarisbawahi oleh Britt, iklan sejak semula tidak bertujuan memperbudak manusia untuk tergantung pada setuap barang dan jasa yang ditawarkan, tetapi justru menjadi tuan atas diri serta uangnya, yang dengan bebas menentukan untuk membeli, menunda atau menolak sama sekali barang dan jasa yang ditawarkan. Hal terakhir ini yang justru menegaskan sekali lagi tesis bahwa iklan bisa menghasilkan keuntungan-keuntungan bagi masyarkat.


ANALISIS

Menurut saya iklan tersebut karena saat pemilik rumah muncul dan memarahi anak-anak itu mereka tidak mengakui perbuatan mereka sehingga memberikan contoh yang buruk kepada orang lain yang menonton terutama anak-anak karena mengajarkan anak-anak berbohong dan tidak bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan. sehingga dapat memberikan dampak negatif terhadap moral anak-anak bangsa Indonesia itu bisa menjadi contoh dalam kegiatan sehari-hari untuk anak-anak kecil , anak kecil sekarang mudah sekali untuk meniru adegan-adegan yang ada di layar televisi apa lagi dalam tayangan sebuah iklan yang di putar berulang-ulang itu dapat mempengaruhi sikap anak-anak yang menontonnya.

Saran: seharusnya suatu iklan selain menarik juga harus mendidik karena bukan hanya orang dewasa saja yang menonton iklan tersebut melainkan semua golongan masyarakat mulai dari anak kecil hingga dewasa. seharusnya iklan tersebut dibuat menarik dengan tidak menggunakan unsur mengajari anak-anak untuk berbohong. agar iklan tersebut dapat bermanfaat bagi siapa saja yang menontonya terimakasih.

SUMBER:







Tidak ada komentar:

Posting Komentar